Terhempas

Sedikit terasa jelaga menyengat
Rabun mata seakan gulitakan yang ada
Sembari merangkak, kutoleh tipis sembari meraju
Cinta di ujung singgasana, seakan perih tak terasa

Banyak yang beranggapan semua hanya sembilu
Sembilu usang yang akan lekang diujung waktu
Hmm nyinyir melodi kekinian,” fikirku sesaat
Perjalanan Haruslah Usai, dan mesti berakhir di ujung cemara senyuman

Ketika

Ketika kulihat malaikat itu menangis, terasa teriris hati meraju
Ketika kulihat malaikat itu tertawa, terasa senyum mengembang tak henti
Saat bidadari berjuang, taburku tak kan tercampakkan
Senantiasa menari dalam kebahagiaan

Kalian adalah titipan, bukan pemberian
Semoga kan dapat dapat menjaga selalu
Dengan taburan khidmat ke Ilahiyahan
Semoga, dengan sekuat yang ada

Dahlia

Indah nian segar diingatan,
Diatas altar, didepan jendela ruang tamu,” saat itu
Kutitipkan rinduku padamu dahlia
Walau kini tinggal puing tertimbun belukar
Kutitipkan rinduku padamu

Selasar

Tertunduk diantara puing wajah berkarat
Sementara dua kelopak cekung tertutup keringat
Sayonara,” kau bisikkan tipis
Satu persatu tarian mulai nampak memudar
Terhempas penatnya rotasi alam
Bangunlah,” rengekku mengalun

Nafas

Tipis, bahkan nampak bagai selembar
Terpenggal satu persatu dalam deritnya
Teramat pipih, mengiris mengikis jelaga jiwa
Seakan waktu terlalu cepat berlalu.

Teramat segar di ingatanku,
Senyum ceriamu, bahkan tawamu
kini hanya deritan yang ada
Tanpa suara, teramat sayu bersemayam,
Diufuk kerinduan mendalam

Pernik

Bukan tanpa sebab goresan itu tumbuh,
Terbakar cinta yang tak terperi
Semayamkan satu persatu kerinduan
Kerinduan yang termampatkan oleh waktu

Semipun berubah kemarau,
Kemarau yang perok-porandakan kenistaan fikir
Telanjang,..
Dalam kedamaian hirup pikuk syahwat duniawi

Namun entah, berapa lama goresan terus membekas
Tertutup rapat jenggala labirin menyengat
Sejenak senyum masam melintas,
Mengurai perihnya goresan hingga usai

17 Agustus 2017

Lembayungku mekarlah,” pintaku meraju
Gapai aza dalam secuil nyanyian jiwa
Dalam ketegaran fikir ku mengadu
Dengan kecupan riang, senyumpun mengumbar 🙂

Duniaku kini telah berubah
Tinggalkan masa masa yg lalu
Takkan kubiarkan terbiaskan waktu
Beri aku setitik kesempatan
Mencari lagi jati diriku
Melangkah pasti demi masa depan
red:power metal duniaku

Titik balik

Dua buah roda dua itu beberapakali menggangguku
Mengganggu jiwa yang tak mau terlena,
Teramat berlebihan ku merasa, karna hanya secuil aza yg kubisa
Haripun bergelayut, roda dua di kayuh
“Oleh permata hati, yang kian menyentuh
Dalam roma dan irama yang tak terkendalikan
Pintaku sebenarnya hanya satu, jangan pernah hilangkang memory Jingga yang selama ini kita rajut.

Â